Perkembangan Industri Perhotelan 2016




Kebanyakan analis memperkirakan 2016 akan menjadi tahun yang cerah bagi industri perhotelan. Bahkan di Amerika Serikat rata-rata pendapatan hotel per kamar akan naik 5,7% pada tahun ini.

Banyak para analis mengakui masih melihat setidaknya lima isu yang menjadi kekhawatiran dalm menghadapi bisnis perhotelan pada tahun ini. Pertama adalah ancaman terorisme global yang masih harus dihadapi pada tahun ini. Tentu dampak ancaman itu pada industri pariwisata sangat nyata dan tidak dapat dihindari. Aksi teroris setidaknya terjadi menjelang akhir tahun dan awal tahun ini seperti di Paris, Istanbul dan Jakarta.

Sedangkan acaman berikutnya adalah persoalan penurunan pertumbuhan ekonomi di China, Eropa, dan Brasil. Persolaan ekonomi akan berdampak pada kemampuan orang untuk berwisata. Pemberlakuan pengetatan pemberian visa di internal negara Eropa tidak saja menurunkan pergerakan orang antar negara di kawasan itu, akan tetapi juga terhadap wisatawan luar Eropa yang akan masuk untuk berwisata. Tentu pengetatan visa menjadi penting, akan tetapi hal itu juga berdampak negatif pada industri perjalanan wisata.

Selanjutnya adalah kebocoran data yang sering dialami sejumlah hotel besar. Hotel terkemuka seperti Hilton Worldwide, Starwood Hotels & Resorts Worldwide, Hyatt Hotels Corporation dan Wyndham Worldwide sejak beberapa tahun belakangan sering mengalami serangan hacker. Para pengganggu jaringan internet itu tidak jarang melakukan pencurian data pribadi pelanggan hotel, tapi juga mengincar data keuangan mereka.

Terakhir yang menjadi kekhawatiran bagi pelaku industri perhotelan adalah kehadiran sistem rumah sewa atau yang dikenal dengan istilah Airbnb. Hendaknya diisadari bahwa pemerintah bisa mengatur bisnis rumah sewa yang dipasarkan lewat online itu secara tegas agar tidak merugikan industri perhotelan konvensional. yang dapat merusak etika persaingan dan keseimbangan.






Sekilas Tentang Perkembangan Industri Perhotelan Nasional


Bisnis pariwisata di Indonesia cukup potensial mengingat Indonesia secara alami memiliki banyak potensi keindahan alam, keragaman dan keunikan budaya dan lain sebagainya. Semua potensi tersebut menjadi modal dalam industry pariwisata dan masih tetap terjaga kelestariannya. Harus diakui bahwa kelemahan dari industry pariwsata adalah karena industry ini bersifat massif dan massal melibatkan banyak orang jadi harus ada sinergitas dari segenap komponen bangsa.

Bisa dikatakan bahwa Perkembangan bisnis perhotelan dan pariwisata di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan tahun 2016. Ini bisa dilihat berdasarkan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia dan pertumbuhan industri pariwisata termasuk bertumbuhnya jumlah hotel di Indonesia. Memang selama ini Jakarta, Yogyakarta dan Bali menjadi barometer pariwisata nasional namun sebenarnya banyak wilayah lain di Indonesia yang mengalami pertumbuhan pariwisata yang terbilang pesat seperti Sulawesi Utara dengan Wakatobinya, Papua dengan Raja Ampatnya, Bandung, Surabaya dan beberapa wilayah lainnya juga telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam bidang pariwisata.

Banyaknya investor yang melakukan penetrasi dengan membangun hotel berjejaring juga bisa menjadi indicator bersama dengan tingkat hunian di masing-masing hotel tersebut. Sebut saja hotel berjejaring seperti Ibis Budget yang memiliki tingkat hunian sebanyak 80% dan hotel Amaris yang bahan berhasil mencapai tingkat hunian hinga 90%. Sementara jejaring Santika yang merupakan pemain untuk segmen pasar menengah berhasil di angka 75%.

Secara umum bisa dikatakan bahwa tingkat hunian atau occupancy rate untuk hotel kelas ekonomi berada di kisaran 70% dan untuk kelas menengah berada di kisaran 80%. Angka ini bukan hanya didorong oleh jumlah wisatawan baik nusantara maupun mancanegara namun juga karena dukungan pemerintah setempat yang menyelenggarakan beberapa event di hotel tersebut seperti seminar, rapat, lokakarya dan kegiatan MICE lainnya.

Memang selama ini Bali dan beberapa kota besar lainnya seperti Jakarta, Surabaya, Medan menjadi sasaran potensial bag para investor untuk mendirikan hotel namun ada sesuatu yang menarik pada propinsi DIY dimana investasi industri perhotelan tumbuh sangat pesat selama 2 atau 3 tahun terakhir dan ini terpusat di Kota Yogyakarta. Saking banyaknya investasi yang mengalir sampai-sampai pemerintah daerah setempat harus mengeluarkan moratorium atau aturan pengendalian investasi industry perhotelan untuk menjaga keseimbangan antaran supply dan demand dalam industri pariwisata. Meskipun demikian langkah yang sama tidak diikuti oleh daerah lain di propinsi DIY seperti di kabupaten Sleman, Bantul dan 2 kabupaten lainnya di propinsi DIY. Para investor masih memiliki cukup ruang untuk melakukan penetrasi investasi usaha perhotelan di kabupaten-kabupaten tersebut.

Selama tahun 2015 banyak pihak yang dulunya skeptic bahwa industry pariwisata dan perhotelan di Indonesia akan tetap stabil mengingat Indonesia memiliki agenda nasional seperti pemilihan kepala negara dan daerah. Beberapa pihak sempat mengkhawatirkan adanya issue keamanan yang akan berdampak pada stabilitas industry pariwisata dan perhotelan. Namun ternyata prediksi tersebut meleset karena terbukti secara keseluruhan Indonesia dalam keadaan aman sehingga industry pariwisata dan perhotelan tetap stabil, beberapa bahkan memperdiksi bahwa iklim investasi di industry pariwisata dan perhotelan untuk tahun depan akan lebih baik daripada tahun ini.


Komentar

  1. Amerika Serikat rata-rata pendapatan hotel per kamar akan naik 5,7% pada tahun ini

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Perusahaan Komoditi di Papua Barat

Air Mineral Kemasan Semakin Menjanjikan. Siapa Yang Di Untungkan?

Ada Apa Dengan Industri Elektronika dan Telematika di Dunia Saat Ini. Sebuah Gambaran Dari Masyarakat Pengguna