INDUSTRI ALUMINIUM INDONESIA

Aluminium merupakan salah satu komoditi masa depan, ramah lingkungan dan logam dasar yang sangat dibutuhkan oleh umat manusia (Aachen University, Prof. Dr. rer.nat. Dr. rer.pol. Werner Gocht, Aluminium for Future Generation, Dusseldorf, 2001) karena mempunyai keunggulan seperti ringan, kuat, tidak berkarat, penghantar listrik yang baik, steril, mudah dibentuk dan dapat didaur ulang, serta sebagai bahan alternatif kayu dan pengurangan berat total kenderaan gas rumah kaca terkait isu pemanasan global, bahkan jika kita amati secara seksama ternyata dimanapun kita berada tidak terlepas dari bahan yang mengandung Aluminium.



Aluminium adalah logam yang berwarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis 2,7 gr / cm 3 dan terdapat melimpah dalam kulit bumi, yaitu sekitar 7,6 %.

Dengan kelimpahan sebesar itu, Aluminium merupakan unsur ketiga terbanyak setelah Oksigen dan Silikon, serta merupakan unsur logam yang paling melimpah.

Namun, Aluminium tetap merupakan logam yang mahal karena pengolahannya sukar.
Mineral Aluminium yang bernilai ekonomis adalah Bauksit yang merupakan satu-satunya sumber Aluminium.

Industri Aluminium adalah Industri Dasar Strategis yang berbasis sumber daya alam yang mempunyai peran penting dalam revitalisasi Industri untuk mendukung pembangunan dan pertahanan Nasional.

Industri Peleburan Aluminium adalah suatu industri padat modal dan padat teknologi yang sangat strategis yang dapat menjadi penggerak utama roda perekonomian bangsa sekaligus mendukung pengembangan industri strategis nasional seperti pertahanan, transportasi, teknologi informasi dsb, sekaligus akan memacu perkembangan industri hulu dan hilirnya.

PT. Indonesia Asahan Aluminium (Inalum), memiliki kapasitas produksi 250.000 ton per tahun, membutuhkan kira-kira 500.000 ton Alumina setiap tahun adalah Perusahaan yang sangat menjanjikan secara bisnis dan strategis untuk mendukung industri nasional serta masih dapat dioptimalkan dan dikembangkan lagi. Inalum hanya dapat memasok Aluminium Ingot kebutuhan pasar domestik sekitar 30% karena sebahagian besar produksinya harus di export ke Jepang sesuai dengan perbandingan saham.

Berdasarkan data dari CRU Bauxite and Alumina Monitor Issued July 2013 bahwa dalam lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 Indonesia mengexpor Bauksit ke China rata rata 23.792.000 Ton/tahun dengan harga rata rata yang hanya FOB 22,7US$/Ton (padahal kalau dijual dalam bentuk Alumina, harga menjadi sekitar FOB 350~400US$/Ton).

Indonesia menghabiskan banyak devisa dan hilangnya peluang untuk mendapatkan nilai tambah akibat impor Aluminium dan Alumina serta expor bahan mentah Bauksit dan Green Coke sebesar lebih dari 42TRp./Tahun.

Info Lebih Lanjut, Baca di Sini

Hingga saat ini, Nilai Tambah Industri dasar berbasis Aluminium Indonesia dinikmati oleh negara lain, padahal Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam Bauksit yang berlimpah, Green Coke, Potensi Tenaga Air dan Batubara serta Pelebur Aluminium berbiaya rendah.

Penciptaan sinergi dengan mengintegrasikan semua potensi Rantai Pasokan Industri Berbasis Aluminium yang dimiliki Indonesia akan menghasilkan nilai tambah yang luar biasa dan penghematan devisa Negara termasuk perluasan kesempatan kerja dan penguatan konektivitas ekonomi antar daerah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Daftar Perusahaan Komoditi di Papua Barat

Air Mineral Kemasan Semakin Menjanjikan. Siapa Yang Di Untungkan?

Ada Apa Dengan Industri Elektronika dan Telematika di Dunia Saat Ini. Sebuah Gambaran Dari Masyarakat Pengguna